Kubuka mataku, suara azan subuh sayup-sayup terdengar. Bergegas kunyalakan lampu kamar, Jam menunjukkan pukul empat lima belas. Tidak terasa aku tidur, rasanya seperti hanya tidur beberapa menit saja. Ingin aku membaringkan tubuhku lagi, kulirik tempat tidurku, guling dan bantal terlihat begitu lembut dan nyaman. Tapi aku sadar jika aku tidur lagi bisa kujamin lewat sudah sholat subuhku hari ini sedangkan aku tidak ingin rekor sholat lima waktuku berhenti sekarang.
Segera kubuka pintu kamar, aku berjalan dengan gontai ke lantai bawah. Tercium bau alcohol yang menyengat dari sebuah kamar yang tidak tertutup rapat. Aku bisa melihat beberapa orang yang sedang teler tidur di dalamnya. Pemandangan yang sudah biasa di tempatku, walaupun pada awal tinggal di kosan ini aku tidak terbiasa melihat tingkah mereka, namun sekarang buatku pemandangan seperti ini sudah biasa. Segera aku bergegas berwudhu lalu kembali ke kamar.
Aku terdiam… terdiam berpikir apa yang ingin aku katakan kepada Tuhan. Aku berdoa, berdoa dengan kata-kata yang sama seperti doa-doaku sebelumnya. Kata-kata yang kususun sendiri, dan kalimat akhir dari doa yang kususun sendiri itu adalah “Janganlah engkau biarkan kami mati kecuali dalam keadaan muslim”. Teringat aku dengan mereka yang di bawah tadi, Aku tidak mau mati dalam keadaan seperti mereka. Menghabiskan hidup mereka untuk hal yang sia-sia. Bukannya aku membenci mereka. Aku kenal beberapa orang dari mereka, salah satu dari mereka bernama Andi, dia yang tinggal dikosan bawah dan dia yang beberapa kali mentraktirku makan disaat aku benar-benar tidak ada uang. Mereka sebenarnya adalah orang yang baik. Orang baik yang terjebak hidup pada zaman ketiga. Zaman yang sulit, mereka berhenti struggle dan berusaha menikmati hidup mereka dengan cara yang salah.
“Janganlah engkau biarkan kami mati kecuali dalam keadaan muslim”, Aku suka kalimat itu, terutama kata “kami”. “kami” yang aku maksud adalah aku dan orang-orang yang kusayangi, serta orang-orang baik yang bernasib sama sepertiku, terjebak di zaman yang salah. ketika aku menyusun kata-kata tersebut, kalimat itu terlintas begitu saja dipikiranku. Dan aku baru tahu dari khatib Jum’at kalau kalimat itu ternyata adalah arti dari suatu ayat di dalam al-Qur’an. Seperti sebuah kebetulan atau mungkin sebuah bisikan dari seorang malaikat buatku. Aku lirik kembali tempat tidur, bantal dan guling terasa memanggil namaku. Kuliah hari ini dimulai jam setengah sepuluh, itu berarti masih cukup panjang waktuku untuk tidur lagi. Kembali Kurebahkan tubuh dan kupejamkan mataku.
Jam di HP menunjukkan pukul setengah sembilan. Debu-debu bis kota kembali mengawali aktivitasku hari ini. Aku berdiri menunggu angkot, berdiri diantara kebisingan kendaraan dan suara serak pengamen jalanan. Kurogoh kantong celanaku, melihat ada berapa recehan didalamnya. Kubuat sebuah rencana untuk hari ini. Rencanaku hari ini cukup sederhana, sama seperti rencana kemarin, sama seperti rencanaku beratus-ratus hari yang lalu; pergi kuliah, duduk, selesaikan tugas yang ada lalu segera pulang dam istirahat.
Sepuluh menit berlalu, aku sudah duduk manis didalam angkot sekarang, duduk manis di bagian depan. Kuperhatikan wajahku lewat kaca spion, yang aku lihat adalah seorang bocah kurus dengan mata yang sayu. Aku sudah kuliah semester empat dan aku masih terlihat seperti anak kelas 1 SMA. Bahkan banyak anak kelas 1 SMA yang terlihat lebih dewasa dariku. Si supir melirikku, mungkin karena aku terlihat aneh terlalu lama melihat kearah spion. Aku lihat Seorang wanita dengan baju ketat dan handphone qwertyu-nya berdiri diseberang jalan. Dengan rambut agak pirang, entah pirang alami atau buatan, dan dengan kemolekan tubuhnya yang dengan sukarela dia pertontonkan berhasil membuat semua mata laki-laki tertuju padanya. Tapi bukan mataku, yang aku lihat adalah mata-mata mereka, laki-laki yang sedang melihat wanita itu tidak berkedip dan terpana. Lucu saja buatku melihat pemandangan bodoh seperti ini, dan pemandangan bodoh seperti ini hampir selalu ada di setiap hariku.
Jam setengah empat. Hari ini akhirnya selesai aku sedang berjalan menuju kosan. Kubuka pagar dan segera lari ke lantai atas. Sekilas kulihat pintu sumber bau alcohol itu, masih berada dalam posisi seperti aku berangkat tadi pagi. aku tidak terlalu peduli, yang aku pikirkan sekarang hanyalah segera sholat ashar lalu nyalakan kipas angin dan merebahkan tubuhku diatas tempat tidur.
Jam dua dini hari, seseorang mengetuk pintuku. Aku berusaha tidak peduli, tapi ketukan itu makin keras dan tidak berhenti.
“Iaaa sebentaaar..”, teriakku dengan kesal.
“Siapa sih orang tolol yang membangunkanku tengah malam kayak gini”, pikirku
Kubuka pintu dan ternyata, “orang tolol” itu adalah dua orang polisi tegap berbadan kekar.
“Benar anda saudara syamsul?”, Tanya salah satu dari mereka.
“Oh iya pak, maaf ada apa ya?”, jawabku
“ Ditemukan 5 mayat dikamar lantai bawah, sepertinya mereka meninggal akibat menenggak minuman keras oplosan. Kami butuh waktu anda untuk dimintai keterangan”
0 komentar :
Posting Komentar
Mari berkomentar dengan baik, benar, dan sopan :D