Jumat, 07 Januari 2011

Zaman - Bagian I


Kulemparkan Remote itu kearah TV. Remote itupun pecah, baterenya terlempar entah kemana. Bukan pertama kali aku melemparnya, sepertinya kali ini remote itu akan benar-benar rusak. Aku adalah orang yang benci dengan keadaan dunia tempat aku tinggal sekarang. Barusan aku menonton televisi, yang kulihat hanyalah sebuah band dengan vokalis wanita yang bernyanyi dengan celana pendek super ketatnya. Warna celananya kontras sekali dengan kulitnya, dia bahkan terlihat seperti tidak pakai celana. Beberapa minggu lalu aku menonton berita seorang Da’I yang menjalani sunnah nabi berpoligami menikahi seorang janda beranak satu secara sah, dia diolok dan dihujat habis-habisan, sedangkan seorang artis pezina meniduri banyak wanita, yang videonya beredar luas di kalangan anak sd. Banyak yang masih mendukungnya dengan berkata “Alaah.. jangan sok alim kalian, kayak kalian gak pernah aja”. Aku benar –benar benci pemikiran mereka, pemikiran bodoh yang mereka ingin tanamkan pada anak-anak muda sepertiku.
Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Kumatikan lampu kamar kosanku. Akhirnya aku bisa membaringkan tubuhku dengan nyaman. Dari balik jendela terlihat ranting pohon yang bergoyang. Tenang…. sunyi seperti malam-malam sebelumnya. Hanya terdengar suara-suara sayup dari beberapa orang yang sedang asik bermain gaple di kamar lantai bawah. Aku ingin segera tidur tapi aku bukanlah orang yang mudah untuk tidur, dan menghitung domba tidak mempan untuk orang sepertiku. Aku pernah menghitung domba, tetapi setelah domba ke 411 aku malah segar dan tidak tidur sampai dini hari.
Kuingat-ingat kembali semua hal yang kujalani hari ini. Alhamdulillah sholat 5 waktuku masih lengkap hari ini. Untuk mahasiswa yang hidup di zaman edan sekarang ini, menjaga sholat lima waktu bukanlah hal yang mudah. Aku bisa bilang begini karena banyak teman-temanku yang sholatnya jarang. Bahkan ada temanku yang ketika diajak shalat dengan blak-blakan dia bilang “eh gue mah islam katepe doank, gue nitip aja dee ntar pas tahiyat jari lu nunjuknya dua”. Entah apa maksud perkataannya,mau melucu atau bercanda, aku juga tidak mengerti. Aku hanya bisa pura-pura tersenyum lalu langsung bergegas pergi meninggalkannya.
Teringat ceramah seseorang di benakku, rasul pernah bilang islam didunia ini terbagi atas 4 zaman. Zaman jahiilliyah, zaman kejayaan islam, zaman kemunduran islam, dan zaman kebangkitan islam. Dan aku sadar betul kalau aku berada pada zaman yang ketiga. Zaman dimana wanita setengah telanjang terpampang bebas di iklan-iklan televisi, bebas dilihat untuk semua kalangan, dari anak tk sampai kakek-kakek tua. Aku sadar hidup di zaman yang tidak mudah. Kadang aku berpikir waktu pemasukan jiwa ke dalam raga dulu mungkin Tuhan salah memasukkan jiwa, seharusnya aku tidak pernah ada didunia yang bodoh ini. Tapi aku tahu tuhan tidak pernah salah, lagipula aku tidak bisa protes. Mungkin aku memang salah satu dari jiwa-jiwa terbaik yang dipilih untuk hidup di zaman ketiga ini. Walaupun aku merasa tidak sebaik itu, tapi aku ingin tetap struggle dan menjalaninya sebaik yang aku bisa.
Pikiranku terus melayang, memikirkan semua hal yang bisa aku pikirkan. Kumiringkan kepalaku menghadap ke arah jendela. Kulihat ranting-ranting yang bergesekan, redup cahaya lampu berwarna kuning dari depan kamar. Suara orang-orang tadi sudah hilang, entah sudah jam berapa sekarang, mungkin mereka sudah selesai atau mungkin mereka sudah tertidur setelah puas mabuk-mabukan. Beberapa orang mungkin takut sendirian di tengah heningnya malam, tapi sebaliknya untukku, moment seperti ini adalah saat yang paling nyaman.

1 komentar :

Unknown mengatakan...

Bagian tiganya doooong :D

Posting Komentar

Mari berkomentar dengan baik, benar, dan sopan :D

 
;