Banyak diantara kita
sekarang yang meremehkan ilmu bela diri silat. Mungkin karena silat dianggap kampungan lah, ketinggalan jaman, dan lain sebagainya. Padahal sebenarnya silat itu sendiri sekarang sudah menyebar sampai dunia internasional, sudah diajarkan sampai ke Eropa. Dulu pada tahun 1960-an pasukan pengawal presiden Soekarno, Tjakrabirawa, pernah mendatangkan guru besar karate dari negeri Jepang Prof Nakagama dan mahaguru karate Amerika serikat Donn F Dragen untuk memperlihatkan aksi silat di depan kedua guru besar karate tersebut. Kepada Bung Karno sendiri mereka berkomentar “ Anda memiliki pemain sebagus ini, kenapa pemuda-pemudi anda kurang menyukainya, justru mereka lebih suka ilmu bela diri dari Jepang?”
Dulu Silat hanya diajarkan secara turun temurun. Bapak mengajarkan anaknya, anaknya mengajarkan anaknya lagi dan begitu seterusnya. Tetapi beruntung bagi kita sekarang karena silat sudah boleh diajarkan untuk semua kalangan, walaupun tetap saja faktanya sekarang silat kurang diminati oleh anak-anak betawi sendiri.
Dulu ada seorang jago silat ternama bernama Sabeni. Sabeni hidup pada zaman penjajahan belanda sampai dengan zaman penjajahan jepang, dan meninggal sebelum hari kemerdekaan RI. Sabeni berasal dari daerah Tenabang (sekarang Tanah Abang), dialah yang mengajarkan silat kepada pemuda-pemudi Tenabang tempo itu. Aktivitas Sabeni ini membuat gerah belanda, bahkan kompeni sempat menyewa jawara-jawara lokal untuk membunuh Sabeni tetapi semuanya berhasil dikalahkan. Belandapun tidak kehabisan akal. Belanda memanggil petinju dan jago kungfu untuk menantang Sabeni. Pertarungan sengitpun terjadi di Princen Park (sekarang Taman Lokasari) ratusan warga betawi dan belanda menyaksikan kehebatan Sabeni mengalahkan dua jagoan negara luar itu. Pada tahun 1942, ketika umur Sabeni sudah memasuki 83 tahun, Sabeni masih ditantang oleh penjajah jepang untuk menghadapi ahli judo dan karate. Pertarungan sengitpun kembali terjadi di daerah Ebon sirih (sekarang balai kota DKI) dan ternyata walaupun sudah tua, Sabeni masih dapat menang. Pertarungan tersebut diabadikan dalam film berkas tempoe doeloe dan ditayangkan pada TVRI tahun 1985.
Karena begitu melegendanya Sabeni, sampai-sampai seniman terbaik asli betawi, Benyamin Sueb meminta izin kepada keluarga Sabeni untuk menggunakan nama Sabeni dalam film Si DOEL. Dan nama Sabeni sekarang dipakai sebagai salah satu nama Jalan di daerah Tanah Abang.
Aliran silat Sabeni terbilang berbeda dengan yang lain. Kalau yang lain bertahan dan menyerang, Justru aliran sabeni sangat mengutamakan penyerangan. Aliran Sabeni mengandalkan gerakan-greakan yang cepat, memukul dan menendang pada saat yang bersamaan sehingga lawan akan sulit untuk mengantisipasi serangan. Silat Sabeni juga tidak memberi jarak pada lawan, lawan akan dipaksa untuk bertarung dengan jarak yang sangat dekat dan diserang habis-habisan. Kelemahan dari silat Sabeni itu sendiri adalah sulit untuk mempelajarinya, tapi dijamin tidak akan kalah oleh aliran-aliran silat luar.
Jadi siapa bilang Silat kampungan? Atau kita yang kampungan karena memalingkan muka dari kebudayaan luar biasa kita sendiri?
Sumber:
http://silatindonesia.com/2008/06/silat-betawi-aliran-sabeni/
http://www.umich.edu/
http://alwishahab.wordpress.com/2007/12/24/legenda-jago-silat-sabeni/
0 komentar :
Posting Komentar
Mari berkomentar dengan baik, benar, dan sopan :D