Sabtu, 16 Oktober 2010

Aku Seekor Singa







Aku seekor singa. Kuat, cepat, akulah sang pemburu alami sejak dilahirkan. Suatu hari kulihat zebra sendirian, salah satu mangsa sehari-hariku. Sebenarnya aku tidak terlalu lapar, tapi kukejar saja zebra itu. Dia berlari ketakutan, kulihat kegugupan dan ketakutannya ketika dia berlari. Dia berusaha menendangku dengan kaki belakangnya. Tapi dia tidak punya harapan lagi, aku lebih kuat darinya, aku bisa lari lebih cepat darinya. Kuhantam kaki belakangnya sampai dia terguling lalu terjatuh.
Aku berdiri diatas tubuhnya, kulihat raut wajah ketakutannya, gemetar tubuhnya. Aaaah tiba-tiba aku jadi iba, “aku tidak terlalu lapar, kulepaskan saja dia”, pikirku. Kutinggalkan zebra itu. Kulihat dia berlari kebingungan.

Beberapa hari setelah itu, kali ini aku sedang lapar. Kulihat anak rusa sendirian. Dengan cepat kuburu dia, kukejar dan ku banting tubuh kecilnya. Dia bahkan tidak melawan, dia tidak berlari, atau mungkin kurasa dia belum sempat berlari. Dengan mudah ku hajar tubuhnya, terlihat olehku raut mukanya, rusa itu masih muda dan dia ketakutan setengah mati. “Terlalu mudah, ini bukan perburuan tapi pembantaian namanya”, pikirku. Aaah hilang sudah nafsu makanku.

Dengan langkah gontai aku berjalan kearah sungai, sungai itu jernih, airnya tenang, kulihat seekor ikan berenang di dalamnya. Aku lapar, aku bisa saja melemparnya keluar dari air dan langsung menghabiskannya dalam sekali telan. tapi kulihat ikan itu, berenang di dalam air yang tenang, dia bahkan tidak tahu seekor singa lapar sedang memperhatikannya. Sejenak ku berpikir “lebih baik hewan ini tetap hidup, tak tega aku menelannya”.

Beberapa minggu setelah itu, aku masih belum makan. Kubaringkan tubuhku dibawah pohon. aku benar-benar sudah tidak punya tenaga lagi. Aku ingin berbaring disini saja. tiba-tiba seekor tikus lewat di depan wajahku, reflek tanganku menggebuknya. Tikus itu sudah ada di genggamanku sekarang. Kudekatkan tubuhnya ke wajahku. Kurasa ini saatnya aku untuk makan.

Tetapi tiba-tiba tikus itu berdecit keras sekali, seperti sedang menangis. Kulihat wajah tikus itu pucat pasi. Mau bagaimana lagi, aku iba dengannya, aku lepas saja tikus itu.

Hari ini, aku masih terbaring di tempat yang sama. Aku rasa aku sedang sekarat, sekarat karena kelaparan. Kulihat burung pemakan bangkai menghampiriku. Kuhitung jumlah mereka, satu…dua... Mmmm semuanya ada lebih dari dua puluh. Satu dari mereka mendekatiku. Aku bertanya “Apa yang kalian lakukan disini ?”. Tetapi dia hanya diam, kulihat tatapan dinginnya. Kuingat zebra, anak rusa, ikan, dan tikus itu. Setelah itu semuanya gelap, hal yang terakhir kudengar adalah ocehan mereka tentang kebodohanku.

0 komentar :

Posting Komentar

Mari berkomentar dengan baik, benar, dan sopan :D

 
;